Welcome to My Blog

Kamis, 06 Januari 2011

10 Penemuan NASA yang Kita Gunakan Sehari-Hari

Terkadang, kita menggunakan benda-benda sehari-hari dengan enjoy saja tanpa tidak tahu/mau tahu tentang seluk beluk benda tersebut seperti penemunya, cara kerja mekaniknya dan teknologi yang digunakan. Akan tetapi berkat kerja keras para ilmuwan dari NASA atau National Aeronautics and Space Administration yang meneliti dan melakukan segala daya upaya untuk mengembangkan peralatan angkasa luar, maka jadilah teknologi tersebut teraplikasi pada benda-benda yang mungkin kita gunakan tiap harinya. Berikut ini adalah 10 penemuan teknologi dari NASA yang sebagian besar orang gunakan untuk kehidupan sehari-hari.

1. Filter Air


Air, adalah zat yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Karena manusia tak dapat hidup tanpa air, kemampuan untuk menyuling air kotor menjadi air bersih adalah pencapaian yang luar biasa dari ilmu pengetahuan.

Para astronot butuh cara untuk mendapatkan air bersih di luar angkasa, karena bakteri dan penyakit dapat menjadi lebih mematikan di angkasa. Teknologi penyaringan air telah dikenal sejak awal 1950an, tetapi NASA ingin mengetahui bagaimana memurnikan air pada situasi yang ekstrim dan menjaga air tetap bersih untuk periode yang lama.

Jika kita melihat filter air, biasanya dapat ditemukan bongkahan-bongkahan kecil arang di dalam filter. Terkadang, ketika pertama kali menggunakan filter air, kita akan menemukan flek hitam kecil dari bongkahan-bongkahan itu. Arang ini diaktifkan dan mengandung ion-ion perak yang menetralkan bakteri pathogen dalam air. Bersamaan dengan membunuh bakteri dalam air, filter juga menekan pertumbuhan bakteri. Perusahaan-perusahaan besar telah menerapkan teknologi ini dan telah membawa pada kita sistem penyaringan air. Jutaan orang telang menggunakan filter air dirumah mereka tiap hari.

2. Peralatan-Peralatan Tanpa Kabel


Ketika kita membersihkan debu dan kotoran di lantai rumah menggunakan penyedot debu tanpa kabel, kita sedang menggunakan teknologi yang sama dengan yang digunakan astronot di bulan. Meskipun Black & Decker telah menemukan pertama kalinya alat-alat bertenaga baterai pada tahun 1961, penemuan yang mirip dari NASA menyempurnakan teknologi dari Black & Decker seperti instrumen medis nirkabel atau penyedot debu bentuk genggam dan lain-lain.

Pada pertengahan 1960an, dalam persiapan misi Apollo ke bulan, NASA memerlukan alat untuk mengambil sampel dari batuan dan tanah di bulan. Bor menjadi kecil dan ringan, kompak dan cukup bertenaga untuk menggali lebih dalam permukaan bulan. Karena mencari colokan listrik di bulan sangatlah tidak mungkin, NASA dan Black & Decker menemukan dan mengembangkan alat-alat bertenaga baterai, bor magnet. Digunakan dalam konteks lingkungan luar angkasa, Black & Decker mengembangkan sebuah program komputer untuk peralatan yang mengurangi konsumsi daya dan memaksimalkan penggunaan baterai.

Setelah proyek NASA, Black & Decker mengaplikasikan prinsip kerja peralatan tadi untuk membuat peralatan lain menjadi bertenaga baterai yang dapat digunakan masyarakat sehari-hari.

3. Lapisan Khusus pada Jalan


Lapisan pada jalan raya ini memungkinkan gaya gesek yang lebih tinggi terhadap ban untuk menekan jumlah kecelakaan akibat tergelincir. Nah lapisan ini pada awalnya digunakan oleh NASA pada lapangan udara tempat pesawat mendarat.

Sekarang, banyak jalan-jalan tol di seluruh dunia menggunakannya untuk menambah gaya gesek pada ban sehingga grip lebih kuat. Inti permasalahannya adalah menjadikan pijakan tidak licin meski terdapat air sekalipun pada permukaannya. Pada kolam renang modern juga terdapat lapisan ini pada tepiannya.

4. Detektor Asap yang Dapat Disetel


Dimana ada asap, pasti ada api. Para insinyur NASA tahu pakta simpel itu ketika mereka mendesain Skylab pada tahun 1970an. Skylab adalah stasiun luar angkasa pertama milik Amerika, dan para astronot harus tahu jika api dan asap tidak boleh ada di dalam ruangan stasiun. Bekerja sama dengan perusahaan Honeyball, NASA menemukan detektor asap pertama dengan tingkat sensitifitas yang berbeda-beda untuk menekan kesalahan bunyi alarm.

Untuk memasarkan pada konsumen, produk ini dinamakan ionization smoke detector. Yang berarti alat ini menggunakan sebuah elemen radio aktif bernama americium-241 untuk mendeteksi asap dan gas berbahaya. Ketika partikel bersih (oksigen dan nitogen) bergerak melalui detektor, americium-241 mengionisasi partikel tersebut, yang menghasilkan partikel elektrik. Jika partikel asap memasuki detektor, asap akan mengganggu interaksi detektir dan oksigen, dan kemudian memicu alarm untuk berbunyi.

5. Telekomunikasi Jarak Jauh

Telepon jarak jauh mungkin sudah bukan hal asing bagi sebagian besar kita. Telepon seluler dan sarana layanan melalui VoIP telah menjadi teknologi yang mudah ditemui sekarang ini. Meski penemu telepon bukanlah orang NASA, akan tetapi yang dimaksud telekomunikasi jarak jauh disini bukan sekedar telepon saja. Bahkan teknologi itu dikembangkan beberapa dekade lamanya.

Sebelum manusia dikirim ke luar angkasa, NASA membangun satelit-satelit yang dapat dikomunikasikan dengan manusia di bumi dan menunjukkan seperti apa luar angkasa itu. Menggunakan teknologi satelit yang sama, sekitar 200 satelit komunikasi diorbitkan di luar angkasa setiap harinya. Satelit-satelit ini mengirim dan menerima pesan. Satelit-satelit ini membuat kita dapat menelepon teman kita di Italia sementara kita berada di Indonesia. NASA mengawasi lokasi dan kondisi tiap satelitnya dan memastikan kita dapat menikmati sarana komunikasi jarak jauh setiap harinya.

6. Teknologi Sol Sepatu


Saat ini sepatu athletik mengadopsi teknologi dari sepatu boot yang digunakan Neil Armstrong. Bagaimana bisa?

Seluruh pakaian luar angkasa didesain untuk misi Apollo termasuk desain sepatunya. Sepatu yang dipakai para astronot menggunakan pegas kecil yang ditanamkan dalam bagian bawah sepatu. Pegas ini membantu para astronot untuk melangkah lebih nyaman di bulan. Berbagai perusahaan sepatu atletik mengadopsi teknologi ini untuk membuat sepatu yang dapat mengurangi dampak buruk pada kaki dan persendian di kaki.

Pada pertengahan 1980an, perusahaan sepatu KangaROOS USA mengaplikasikan prinsip kerja teknologi ini dan material yang dipakai sepatu astronot pada jajaran model sepatu atletik baru yang diproduksi secara massal. Dengan bantuan dari NASA, KangaROOS mematenkan teknologi busa Dynacoil three-dimensional polyurethane yang mendistribusikan gaya pada kaki yang timbul ketika berjalan atau berlari. Dengan mencampurkan serat ke dalam bahan busa, sepatu KangaROOS menyerap energi dari kaki yang menghantam landasan/jalan, dan memantulkan kembali energi itu ke kaki. Sekarang, perusahaan-perusahaan sepatu lain, AVIA, juga menggunakan teknologi sepatu astronot pada sepatu atletik.

7. Thermometer Telinga


Memeriksa suhu badan ketika sakit dapat menjadi sebuah pekerjaan yang rumit. Thermometer standard (mercury) sangat sulit untuk dibaca, dan jenis yang rektal sungguh tidak nyaman untuk digunakan. Pada tahun 1991, thermometer inframerah yang ditempatkan pada telinga merubah segala kesulitan tadi, menyederhanakan dan mempercepat proses pemeriksaan.

Diatek, yang mengembangkan jenis thermometer ini, melihat bahwa lamanya waktu perawat dalam memeriksa suhu sangatlah perlu penanganan. Sekitar satu milyar kali pengecekkan suhu yang terjadi di rumah sakit di Amerika tiap tahunnya, perusahaan berpikir untuk menyelamatkan waktu yang berharga dan terbuag dalam pengecekkan dengan menggunakan mercury. Sebagai pengganti, Diatek mengambil keuntungan dari teknologi NASA tentang kemajuan dalam bidang teknologi suhu bintang dengan teknologi inframerah.

Bersama dengan laboratorium Jet Propulsion milik NASA, perusahaan Diatek menemukan sensor inframerah yang layak untuk ditanamkan dalam thermometer. Thermometer telinga dengan sensor infra merah mengambil suhu pada telinga yang dikeluarkan oleh gendang telinga pada lubang telinga. Karena gendang telinga berada pada bagian dalam tubuh, gendang telinga bersuhu sama dengan suhu dalam tubuh alias lebih presisi dalam hasil yang terdeteksi. Thermometer infra merah yang berada di rumah sakit dapat mengukur suhu kurang dari 2 detik.

8. Busa


NASA membantu orang-orang tidur lebih nyenyak pada malam hari. Busa tamper diproduksi oleh beberapa perusahaan. Padahal aslinya diproduksi untuk penerbangan ke luar angkasa.

Pada awalnya, busa dibuat untuk jok kursi pesawat luar angkasa untuk mereduksi getaran dan hantaman saat mendarat. Busa itu sendiri terbuat dari sejenis plastik polyurethane-silikon. Busa ini dapat menyerap getaran dan tekanan bahkan jika busa harus digencet sampai menjadi 1/10 ukuran semula.

Tapi sekarang, pemakaian busa itu tak hanya oleh penerbangan luar angkasa, akan tetapi juga dipakai pada jok mobil dan sofa di rumah dan tempat tidur.

Dalam bidang kesehatan, dokter bedah tulang juga menggunakan komposisi busa khusus ini untuk membuat bantalan pada sendi antara tulang.

9. Lensa Anti-Gores


Jika kita menjatuhkan kacamata ke lantai, lensanya kadang tidak akan pecah. Itu karena pada tahun 1972, badan administrasi pangan memilih pembuatan lensa dengan plastik dari pada dengan kaca. Plastik lebih murah, lebih baik dalam menyerap radiasi sinar ultraviolet, lebih ringan, dan tidak mudah pecah. Tetapi, plastik juga mempunyai kelemahan. Plastik yang belum diberi lapisan sangat mudah tergores, dan goresan tersebut dapat mengganggu penglihatan.

Karena partikel kotor juga ada di lingkungan luar angkasa, NASA membutuhkan lapisan khusus untuk melindungi peralatannya, seperti visor helm yang dipakai para astronot. Foster-Grant sebuah perusahaan manufaktur kacamata membeli hak cipta dari NASA untuk teknologi ini. Lapisan khusus membuat lensa plastik sepuluh kali lebih tahan terhadap goresan dari pada lensa yang tak diberi lapisan.

10. Kawat Gigi yang Tidak Terlihat


Banyak dari remaja yang memakai kawat gigi dewasa ini. Menyebabkan mulut terlihat penuh dengan kawat. Tapi tidak akan lagi di masa depan, karena kawat gigi tak terlihat telah memasuki pasar pada tahun 1987, dan sekarang telah banyak jenisnya dan merknya juga.

Kawat gigi tak terlihat dibuat dari bahan bernama translucent polycrystalline alumina (TPA). Perusahaan bernama Ceradyne mengembangkan TPA bekerja sama dengan riset lanjutan NASA dalam bidang keramik untuk melindungi antena inframerah pada radar misil.

Beberapa waktu kemudian, perusahaan lain bernama Unitek mengembangkan desain baru untuk kawat gigi. Desain itu lebih estetis dan nyaman serta tikak mengkilap. Kawat gigi jenis ini ditemukan bahwa TPA dapat menjadi bahan yang tepat karena cukup kuat untuk menahan gigi dan tidak mengkilap, menjadikan TPA digunakan untuk memproduksi kawat gigi tak terlihat. Karena kepopulerannya yang instan, kawat gigi tak terlihat menjadi produk yang paling sukses dalam bidang industri orthodontik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar